Rangka Narasi — Empat dekade perjalanan ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari munculnya konglomerat besar yang dekat dengan kekuasaan pada era Orde Baru. Tokoh-tokoh ini sering disebut sebagai cukong, sebuah istilah yang dalam konteks politik dan ekonomi Indonesia merujuk pada pengusaha yang mendapat fasilitas negara karena kedekatannya dengan elite pemerintahan. Fenomena tersebut membentuk struktur oligarki Bisnis yang jejaknya masih terasa hingga masa kini. Salah satu sosok yang kerap dibahas dalam konteks tersebut adalah Prajogo Pangestu, konglomerat yang kini menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Konteks Lahirnya Konglomerasi pada Masa Orde Baru
Awal 1970-an hingga 1990-an menjadi periode transformasi besar dalam perekonomian Indonesia. Pemerintahan Orde Baru saat itu menekankan stabilitas politik dan pembangunan ekonomi sebagai prioritas utama. Namun, strategi pembangunan ini melahirkan ketergantungan pada para pengusaha besar yang diberi izin, konsesi, dan kemudahan akses modal untuk mendukung program pemerintah.
Di sinilah hubungan patron klien antara pengusaha dan pejabat negara berkembang. Pemerintah membutuhkan mitra bisnis yang kuat, sementara pengusaha membutuhkan akses terhadap lisensi, proyek, dan proteksi industri. Pola inilah yang kemudian dikenal publik sebagai sistem cukong.
Prajogo Pangestu: Dari Pengusaha Kayu Hingga Raja Petrokimia
Prajogo Pangestu dikenal sebagai salah satu pengusaha yang berhasil mengembangkan bisnisnya secara agresif sejak era Orde Baru. Ia memulai karier sebagai pekerja di perusahaan kayu, sebelum mendirikan usaha sendiri pada akhir 1970-an di sektor kehutanan dan perkayuan. Pada masa itu, konsesi hutan dan perizinan industri kayu memerlukan komunikasi erat dengan pemerintah pusat.
Nama Prajogo semakin melambung saat ia memperluas bisnis ke industri petrokimia, sebelum akhirnya membangun kerajaan bisnis dengan cakupan energi, petrokimia, dan perdagangan. Dalam empat dekade, ia menjelma menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam dunia usaha Indonesia.
Jejak Para Konglomerat Besar pada Era Orde Baru
Selain Prajogo, sejumlah pengusaha lain juga dikenal sebagai pemain kunci ekonomi Orde Baru. Mereka bergerak di berbagai sektor strategis, mulai dari kehutanan, perbankan, properti, pertambangan, hingga perdagangan impor. Karakteristik mereka hampir sama: memiliki modal besar, dipercaya mengelola sektor-sektor penting negara, dan mendapatkan kemudahan akses dari pemerintah.
Model hubungan ini membuat sebagian pengusaha tumbuh pesat, sementara pesaing kecil sulit berkembang. Pada sisi lain, pemerintah memanfaatkan keberadaan mereka untuk mempercepat pembangunan nasional, terutama pada sektor yang membutuhkan investasi besar.
Dinamika Politik–Bisnis yang Membentuk Struktur Ekonomi Nasional
Pola relasi antara negara dan pengusaha pada masa Orde Baru menciptakan struktur ekonomi yang sangat terkonsentrasi pada kelompok tertentu. Konsesi hutan, lisensi industri, jatah impor, hingga proyek infrastruktur banyak dipegang oleh segelintir konglomerat. Kondisi ini membuat perekonomian Indonesia berkembang pesat, namun juga rentan terhadap krisis akibat tingginya ketergantungan pada modal dan fasilitas pemerintah.
Dinamika inilah yang kemudian memperlihatkan bagaimana kekuasaan dan ekonomi berjalan beriringan. Banyak kelompok bisnis yang bertahan dan bahkan berkembang setelah reformasi, menunjukkan bahwa fondasi konglomerasi tersebut tetap kuat karena adaptasi mereka terhadap perubahan politik.
Transformasi Setelah Reformasi 1998
Reformasi membawa perubahan besar dalam tatanan politik dan ekonomi Indonesia. Keterbukaan politik membuat keterlibatan bisnis dalam kekuasaan lebih terbuka dan tersusun melalui regulasi baru, seperti aturan persaingan usaha dan transparansi perbankan. Namun, beberapa konglomerat yang tumbuh pada masa Orde Baru tetap bertahan, termasuk Prajogo Pangestu yang justru semakin memperbesar bisnisnya setelah tahun 2000.
Transformasi perusahaan mereka dilakukan dengan modernisasi manajemen, diversifikasi sektor, dan kolaborasi dengan investor global. Banyak dari mereka memasuki sektor energi, infrastruktur, hingga industri dasar yang menjadi prioritas pembangunan nasional.
Prajogo di Era Modern, Ekspansi dan Modernisasi
Memasuki dekade 2010–2020, bisnis Prajogo berkembang pesat melalui ekspansi besar-besaran di industri petrokimia dan energi. Ia dikenal agresif mengambil peluang dari pertumbuhan industri manufaktur nasional dan meningkatnya kebutuhan bahan baku kimia. Melalui perusahaan yang terdaftar di bursa, jaringan bisnisnya menyebar dari hulu ke hilir, menjadikannya salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Indonesia modern.
Kesuksesan tersebut turut menegaskan bahwa jejaring bisnis yang dibangun sejak Orde Baru dapat berkembang pesat ketika dikombinasikan dengan strategi korporasi modern dan manajemen profesional.
Warisan Sistem Ekonomi Oligarki Indonesia
Kehadiran para konglomerat era Orde Baru termasuk Prajogo memberikan dua sisi warisan bagi Indonesia. Di satu sisi, mereka berperan besar dalam pembangunan industri, penciptaan lapangan kerja, dan ekspansi kapasitas ekonomi nasional. Namun di sisi lain, pola hubungan antara negara dan pemilik modal yang terbentuk pada masa tersebut menimbulkan struktur oligarki yang masih diperdebatkan hingga saat ini.
Sistem ekonomi yang bertumpu pada segelintir pemain dengan kekuatan modal besar membuat persaingan usaha tidak selalu seimbang. Meski telah ada regulasi modern, bayang-bayang hubungan politik–bisnis yang mengakar tetap menjadi isu penting dalam pembahasan ekonomi Indonesia.
Empat dekade perjalanan bisnis Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kiprah konglomerat Orde Baru. Prajogo Pangestu menjadi contoh bagaimana pengusaha yang tumbuh dari sistem lama mampu bertahan dan bahkan semakin berkembang dalam era modern. Fenomena cukong pada masa itu mencerminkan hubungan erat antara negara dan pengusaha besar, yang membentuk struktur ekonomi hingga kini.
Meski Indonesia telah bergerak ke arah sistem ekonomi yang lebih terbuka dan berorientasi pasar, jejak sejarah hubungan kekuasaan dan modal tetap memengaruhi dinamika bisnis nasional. Perjalanan panjang ini menjadi cermin bahwa ekonomi Indonesia dibangun melalui kombinasi modal, kebijakan negara, dan kemampuan adaptasi para pelaku bisnis dalam menghadapi perubahan zaman.