Kredit Properti Tumbuh 7,4 Persen Jadi Rp1.513.5 Triliun per November 2025

Kredit Properti Tumbuh 7,4 Persen Jadi Rp1.513.5 Triliun per November 2025

Rangka NarasiBank Indonesia melaporkan bahwa kredit properti nasional mengalami pertumbuhan sebesar 7,4 persen secara tahunan (year-on-year) hingga November 2025. Total nilai kredit yang disalurkan mencapai Rp1.513,5 triliun, menandai tren positif dalam sektor properti meski kondisi ekonomi global dan domestik menghadapi berbagai tantangan.

Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor properti, baik untuk rumah tinggal, apartemen, maupun properti komersial. Bank Indonesia menilai pemulihan ekonomi, stabilitas suku bunga, serta insentif pemerintah menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan kredit ini.

Kontribusi Sektor Perumahan

Sektor perumahan tetap menjadi kontributor terbesar dalam portofolio kredit properti. Pertumbuhan kredit rumah tapak dan rumah susun mencapai angka signifikan, dengan peningkatan minat masyarakat terhadap properti dengan harga menengah dan bawah.

“Permintaan rumah tapak di daerah penyangga kota besar meningkat, terutama dari kalangan milenial dan keluarga muda,” ujar analis perbankan. Faktor lokasi strategis dan fasilitas lengkap menjadi daya tarik utama konsumen.

Apartemen dan Properti Komersial

Selain rumah tapak, kredit untuk apartemen dan properti komersial juga menunjukkan pertumbuhan positif. Meski lebih lambat dibandingkan perumahan, peningkatan ini didorong oleh perkembangan kawasan bisnis, pariwisata, dan fasilitas penunjang di kota-kota besar.

Pertumbuhan kredit apartemen menandai minat investor dan pembeli jangka menengah yang mencari potensi penghasilan sewa, sedangkan properti komersial tetap menjadi pilihan untuk diversifikasi investasi.

Faktor Pendorong Pertumbuhan Kredit

Pertumbuhan 7,4 persen ini tidak lepas dari sejumlah faktor penopang, antara lain:

  1. Suku Bunga Kredit yang Stabil: Kebijakan bank sentral yang menjaga suku bunga tetap moderat mempermudah akses masyarakat untuk mengambil kredit properti.
  2. Kebijakan Pemerintah: Insentif seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan keringanan pajak membantu mendorong minat pembeli rumah.
  3. Pemulihan Ekonomi: Stabilitas ekonomi nasional dan daya beli masyarakat yang meningkat menjadi faktor utama meningkatnya kredit perumahan.
  4. Digitalisasi Layanan Perbankan: Kemudahan pengajuan kredit secara online dan proses yang cepat mendorong penetrasi pasar yang lebih luas.

Tantangan di Sektor Kredit Properti

Meski tumbuh, sektor kredit properti menghadapi sejumlah tantangan. Harga bahan bangunan yang meningkat, fluktuasi suku bunga global, serta risiko inflasi dapat mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk mengambil kredit.

Selain itu, pemerintah dan perbankan perlu mengawasi kualitas kredit (non-performing loan/NPL) agar tetap sehat. Saat ini, rasio NPL kredit properti masih relatif rendah, sekitar 2,1 persen, namun tetap membutuhkan pemantauan, terutama pada segmen properti komersial yang sensitif terhadap kondisi ekonomi.

Peran Perbankan dan Inovasi Produk Kredit

Bank-bank nasional dan regional mulai menawarkan produk kredit inovatif untuk menjaring lebih banyak konsumen. Produk seperti cicilan fleksibel, bunga tetap jangka panjang, dan kemudahan proses persetujuan menjadi daya tarik tambahan.

“Bank tidak hanya bersaing melalui suku bunga, tetapi juga melalui kemudahan layanan dan fitur digital,” kata seorang pejabat perbankan. Inovasi ini menjadi salah satu strategi untuk mempertahankan pertumbuhan di tengah persaingan ketat.

Dampak terhadap Sektor Properti dan Ekonomi

Pertumbuhan kredit properti berdampak langsung pada sektor konstruksi, penjualan material bangunan, dan industri terkait. Aktivitas pembangunan yang meningkat turut mendorong penyerapan tenaga kerja dan menciptakan efek domino positif bagi ekonomi nasional.

Selain itu, meningkatnya kepemilikan rumah berkontribusi pada stabilitas sosial dan kualitas hidup masyarakat, karena rumah menjadi aset penting dan sarana investasi jangka panjang.

Proyeksi hingga Akhir 2025

Bank Indonesia memproyeksikan bahwa kredit properti akan terus tumbuh hingga akhir 2025, meski dengan laju yang moderat. Pertumbuhan diperkirakan berada pada kisaran 7–8 persen, dengan permintaan tertinggi masih berasal dari segmen rumah menengah dan bawah.

Selain itu, pertumbuhan sektor properti juga didukung oleh pembangunan infrastruktur pemerintah, seperti transportasi publik dan kawasan industri, yang meningkatkan nilai properti dan minat masyarakat untuk membeli rumah atau apartemen.

Strategi Pemerintah dan Perbankan

Untuk mendukung pertumbuhan kredit properti, pemerintah dan perbankan menerapkan strategi berikut:

  • Penyediaan subsidi dan skema pembiayaan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
  • Penguatan regulasi dan pengawasan kualitas kredit untuk menjaga kesehatan sektor perbankan.
  • Kolaborasi dengan pengembang agar proyek properti tetap terjangkau dan menarik bagi konsumen.
  • Digitalisasi proses pengajuan dan pembayaran untuk mempercepat akses masyarakat ke kredit properti.

Pertumbuhan kredit properti sebesar 7,4 persen hingga November 2025, mencapai Rp1.513,5 triliun, menunjukkan kepercayaan masyarakat dan investor terhadap sektor properti Indonesia. Pertumbuhan ini tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi industri properti, tetapi juga berdampak positif pada sektor konstruksi, penyediaan material bangunan, dan penciptaan lapangan kerja.

Dengan dukungan kebijakan pemerintah, stabilitas ekonomi, dan inovasi produk perbankan, sektor kredit properti diperkirakan tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan, menjadi salah satu penggerak ekonomi nasional sekaligus menyediakan peluang investasi yang menarik bagi masyarakat.