Video Jurus Bisnis Kapal Tongkang Pengangkut Nikel Genjot Laba 2025

Video Jurus Bisnis Kapal Tongkang Pengangkut Nikel Genjot Laba 2025

RANGKA NARASIHilirisasi sektor mineral dan batu bara (minerba) menjadi katalis positif bagi bisnis jasa transportasi laut seperti TPMA yang menyediakan pengangkutan komoditas curah nikel, batu bara hingga kayu.
Saat ini TPMA memiliki 130 set angkutan tongkang dan berencana menambah sekitar 5 set armada baru per tahun sebagai strategi pengembangan bisnis dan mengerek pendapatan maupun laba bersih. Seiring dengan meningkatnya kontrak pengangkutan dan kerjasama dengan penambang maka penambahan armada kapal tunda dan tongkang (tug and barge) menjadi hal yang penting.

Dalam memenuhi kebutuhan pendanaan, TPMA mengandalkan pinjaman bank sebanyak 80% dan sisanya berasal dari kapital perusahaan. Lalu seperti apa strategi bisnis jasa angkut komoditas curah di era hilirasi mineral? Selengkapnya simak dialog Syarifah Rahma dengan Direktur PT Trans Power Marine Tbk (TPMA), Rudy Sutiono dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Jum’at, 14/11/2025)

Latar Belakang: Viral Nama Kapal “JKW Mahakam” & “Dewi Iriana”

  • Beberapa video viral di media sosial memperlihatkan kapal tug boat (tunda) bernama JKW Mahakam menarik tongkang bernama Dewi Iriana, yang diduga membawa bijih nikel dari tambang di Raja Ampat.

  • Nama-nama kapal ini menimbulkan kontroversi karena mirip dengan inisial Presiden Joko Widodo (“JKW”) dan nama istri Presiden, Iriana.

  • Berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Direktorat Perkapalan dan Kepelautan), kapal-kapal tersebut memang eksis: ada delapan unit “JKW Mahakam” dan enam unit “Dewi Iriana”.

  • Kepemilikan kapal ini berasal dari beberapa perusahaan, salah satunya PT Pelita Samudera Sreeya (PSS), anak usaha PT IMC Pelita Logistik Tbk (PSSI), yang memang bergerak di bidang transportasi laut tambang.

Reaksi Pemerintah & Klarifikasi

  • Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa isu keterlibatan Presiden Jokowi dan Iriana dalam industri nikel melalui kapal bernama JKW / Dewi Iriana adalah salah paham.

  • Bahlil menjelaskan bahwa izin usaha pertambangan (IUP) di Raja Ampat sudah terbit jauh sebelum era pemerintahan Jokowi, sehingga nama kapal tersebut tidak mencerminkan keterkaitan langsung dengan Presiden atau keluarganya.

  • Ia juga menyatakan bahwa beberapa IUP yang dicabut dikeluarkan pada tahun 2004–2006, era sebelum pemerintahan Jokowi.

Aspek Bisnis: Kontrak & Pengangkutan Nikel oleh Perusahaan Pelayaran

  • Di sisi industri pelayaran, PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) memperoleh kontrak besar untuk mengangkut bijih nikel. Nilai kontrak diperkirakan sebesar US$ 885 juta (sekitar Rp 14,38 triliun).

  • Kontrak ini untuk periode 5 tahun, dengan opsi perpanjangan 5 tahun lagi. Volume kargo diperkirakan mencapai 100 juta ton selama 10 tahun.

  • Untuk menangkap peluang pertumbuhan, TCPI berencana memperluas armada kapal: menambah tug boat, barge, dan mother vessel.

  • Target pendapatan TCPI di 2025 ditetapkan di angka Rp 2,2 triliun, dengan belanja modal (capex) sekitar Rp 700 miliar untuk ekspansi armada.

Dampak Sosial & Lingkungan

  • Aktivitas kapal pengangkut nikel menggerus ruang tangkap nelayan di Halmahera. Nelayan lokal melaporkan hasil tangkapan ikan menurun drastis karena lalu-lalang tongkang nikel di perairan.

  • Ada kekhawatiran bahwa intensitas angkutan nikel dapat mengancam ekosistem laut lokal serta mata pencaharian komunitas pesisir.

Strategi & Motivasi Bisnis “Jurus Kapal Tongkang Nikel”

  1. Pemanfaatan Nama Kapal Kontroversial

    • Nama “JKW Mahakam” dan “Dewi Iriana” bisa jadi dipilih untuk menarik perhatian publik atau sebagai strategi branding/logistik agar kapal lebih diperhatikan — meski klaim keterkaitan langsung ke presiden dibantah.

    • Pakar maritim menyebut bahwa praktik penamaan kapal bisa punya “tujuan tertentu”, misalnya agar kapal tidak “diganggu” pihak lain.

  2. Skala Bisnis Besar & Jangka Panjang

    • Dengan kontrak besar TCPI, perusahaan pelayaran bisa mengandalkan pendapatan stabil dari angkutan bijih nikel selama bertahun-tahun.

    • Ekspansi armada menjadi bagian dari strategi agar bisa melayani volume angkutan tinggi sekaligus memperkuat posisi di sektor logistik tambang.

  3. Sinergi dengan Industri Tambang & Hilirisasi Nikel

    • Permintaan nikel tetap tinggi: Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) memperkirakan kebutuhan nikel domestik tahun 2025 bisa mencapai 400–450 juta ton.

    • Dengan meningkatnya aktivitas tambang nikel, perusahaan pelayaran seperti TCPI dan PSSI (pemilik kapal JKW) berada di posisi strategis untuk menangkap bisnis logistik nikel jangka panjang.

Risiko & Isu

  • Isu Reputasi: Nama kapal yang terkait dengan figur publik (Presiden) menimbulkan kontroversi dan bisa menarik sorotan publik serta media, yang potensial berdampak negatif jika dianggap manipulatif.

  • Regulasi & Legalitas: Meski kapal tersebut beroperasi secara legal, publik dan media terus mempertanyakan keterkaitan nama kapal dengan pemilik izin tambang.

  • Dampak Sosial: Aktivitas kapal tongkang nikel memengaruhi kehidupan nelayan pesisir, menimbulkan konflik kepentingan antara industri dan komunitas lokal.

  • Ketergantungan pada Kontrak Jangka Panjang: Jika pasar nikel atau kebijakan ekspor berubah, bisnis angkutan bijih bisa terpengaruh, terutama karena kontrak besar dan investasi armada.

Signifikansi Bisnis di 2025

  • Bisnis angkutan nikel melalui kapal tongkang menjadi salah satu jalur strategis puluhan triliun rupiah dalam rantai nilai industri nikel di Indonesia.

  • Perusahaan pelayaran lokal mendapat peluang emas karena pertumbuhan industri nikel baik untuk ekspor maupun pemenuhan rantai hilir dalam negeri.

  • Penggunaan nama kapal kontroversial mencerminkan bagaimana strategi non-operasional (branding, persepsi publik) bisa dipakai dalam bisnis tambang-logistik untuk menarik perhatian dan mungkin leverage reputasi.