KUNCI NARASI — Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), yang berada di bawah naungan Yayasan Kartika Eka Paksi (YKEP) TNI Angkatan Darat, secara resmi menjalin kerja sama strategis dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Kolaborasi ini bertujuan krusial: mempercepat pencetakan insinyur profesional yang memiliki keahlian spesifik di bidang Teknologi Militer dan pertahanan, sejalan dengan upaya modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Indonesia.
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang dilaksanakan di Kampus Unjani Cimahi, Jawa Barat, ini dihadiri oleh Rektor Unjani, Mayjen TNI (Purn.) Dr. Eng. Sudaryanto, S.E., M.M., dan Ketua Umum PII, Ir. Heru Dewanto, S.E., M.B.A., IPU., ACPE.
Program Profesi Insinyur: Jembatan ke Industri Pertahanan
Fokus utama kerja sama ini adalah pengembangan dan penguatan Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) di Unjani. Unjani, dengan latar belakang kuat di bidang pertahanan dan teknologi, diposisikan ideal untuk mencetak insinyur yang tidak hanya menguasai teknik sipil atau mesin umum, tetapi juga mampu mengaplikasikan ilmu rekayasa pada konteks kemiliteran yang sangat spesifik.
Tujuan Utama Sinergi:
- Sertifikasi Profesi: PII akan berperan dalam memberikan sertifikasi keinsinyuran profesional (Insinyur Profesional – IP) bagi lulusan PSPPI Unjani, memastikan bahwa mereka memenuhi standar kompetensi nasional dan internasional.
- Kurikulum Berbasis Kompetensi Militer: Bersama PII, Unjani akan merevisi dan memperkuat kurikulum PSPPI agar lebih terintegrasi dengan kebutuhan industri pertahanan, meliputi bidang-bidang seperti material komposit militer, sistem unmanned aerial vehicle (UAV) atau drone, dan teknologi siber pertahanan.
- Transfer Pengetahuan: PII akan memfasilitasi keterlibatan insinyur profesional senior, yang telah lama berkarier di industri pertahanan dan BUMN strategis, untuk menjadi dosen praktisi di Unjani.
Rektor Unjani, Dr. Eng. Sudaryanto, menyatakan bahwa kerja sama ini adalah jawaban atas kebutuhan mendesak TNI untuk mengurangi ketergantungan impor Alutsista. “Insinyur kita harus mampu merancang, memproduksi, dan merawat teknologi pertahanan kita sendiri. Unjani siap menjadi dapur untuk mencetak SDM unggul itu,” tegasnya.
Mengatasi Kesenjangan Keahlian Teknologi Militer
Indonesia saat ini masih menghadapi kesenjangan besar dalam jumlah insinyur yang menguasai teknologi pertahanan. Sebagian besar kebutuhan upgrade dan perbaikan Alutsista masih harus ditangani oleh teknisi dan insinyur dari negara produsen.
Ketua Umum PII, Ir. Heru Dewanto, menyambut baik inisiatif Unjani. “Insinyur profesional yang kami sertifikasi harus mampu memberikan nilai tambah, khususnya di sektor strategis. Kebutuhan insinyur dengan spesialisasi teknologi militer sangat tinggi, baik untuk TNI maupun industri BUMN seperti PT Pindad atau PT Dirgantara Indonesia (PTDI),” jelas Heru.
Target Spesialisasi Utama:
- Cyber Security Pertahanan: Mencetak insinyur yang mampu merancang sistem pertahanan siber yang kebal terhadap serangan digital musuh, penting di era perang modern.
- Aerospace Militer: Fokus pada pengembangan material ringan dan propulsion system untuk pesawat dan rudal.
- Manajemen Proyek Alutsista: Melatih insinyur yang mampu mengelola proyek pengadaan dan pengembangan Alutsista secara efisien dan transparan.
Dampak Jangka Panjang pada Industri Pertahanan Nasional
Sinergi antara Unjani dan PII ini diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang yang signifikan bagi kemandirian industri pertahanan (Indhan) nasional.
Pertama, Meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Dengan tersedianya insinyur lokal yang kompeten, kemampuan perusahaan pertahanan nasional untuk memproduksi komponen Alutsista secara mandiri akan meningkat, mengurangi biaya impor dan memperkuat rantai pasok dalam negeri.
Kedua, Inovasi Riset Pertahanan. Kolaborasi ini akan mendorong riset dan pengembangan inovatif di lingkungan kampus Unjani yang berfokus pada solusi masalah pertahanan. Contohnya, pengembangan sistem radar yang lebih sensitif atau material stealth yang lebih terjangkau.
Kerja sama ini menjadi langkah konkret perguruan tinggi dalam mendukung program pemerintah untuk mencapai Minimum Essential Force (MEF) yang mandiri, menjadikan lulusan insinyur tidak hanya siap bekerja, tetapi siap menjadi arsitek masa depan keamanan dan pertahanan Republik Indonesia.