Rangka Narasi — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia bekerja sama dengan First Institute of Oceanography (FIO) China menyelenggarakan Pelatihan Teknologi Kelautan Indonesia China. Inisiatif ini merupakan langkah strategis untuk secara signifikan meningkatkan kapasitas teknologi kelautan di Tanah Air. Program pelatihan ini diharapkan dapat secara optimal mendorong potensi ekonomi biru nasional yang sangat besar dan berkelanjutan.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), I Nyoman Radiarta, menjelaskan bahwa kolaborasi ini didasari oleh posisi Indonesia sebagai negara maritim. Dengan potensi ekonomi biru yang luas, Indonesia memiliki kebutuhan mendesak untuk mengembangkan tenaga kerja terampil di bidang Teknologi kelautan. Kerja sama ini juga didorong oleh keberhasilan kemitraan maritim Indonesia-China yang telah terjalin sebelumnya.
Pelatihan intensif yang berlangsung selama empat hari ini diadakan di Kampus Politeknik Bisnis Perikanan Jakarta. Beberapa sesi penting lainnya juga dilaksanakan di Kantor Pusat KKP dan fasilitas penelitian BRIN Serpong. Inisiatif ini merupakan langkah konkret untuk mentransfer pengetahuan dan mengembangkan sumber daya manusia yang mumpuni.
Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia
Radiarta menekankan pentingnya adopsi teknologi berkelanjutan. Hal ini krusial untuk mencapai netralitas karbon dan memenuhi permintaan profesional teknologi kelautan yang terus meningkat. Program ini dirancang untuk memperkuat kemampuan teknologi kelautan Indonesia secara komprehensif.
Melalui transfer pengetahuan canggih dan inisiatif pengembangan SDM, Indonesia berupaya mengatasi kesenjangan keterampilan. Kesenjangan ini terjadi antara kebutuhan industri dan ketersediaan sumber daya manusia saat ini. Pelatihan ini juga membuka peluang transfer teknologi serta kerja sama bilateral jangka panjang dalam pengembangan teknologi kelautan.
Menurut Radiarta, para peserta menerima berbagai wawasan penting selama pelatihan. Materi yang disampaikan meliputi kebijakan ekonomi biru di kedua negara, restorasi ekologi laut, dan aplikasi pigmen alami. Mereka juga mempelajari budidaya alga dan konsep netralitas karbon.
Selain itu, pelatihan mencakup teknologi akuakultur berkelanjutan dan penilaian dampak lingkungan. Tujuan utamanya adalah menciptakan ekosistem profesional teknologi kelautan Indonesia yang kompeten. Ekosistem ini diharapkan mampu menerapkan inovasi berkelanjutan untuk mendukung pembangunan ekonomi biru nasional.
Kolaborasi Strategis untuk Ekonomi Biru Berkelanjutan
Direktur Indonesia-China Climate and Ocean Center, Bailin Cong, menegaskan bahwa ekosistem laut adalah denyut kehidupan planet ini. Ia menambahkan bahwa ekonomi biru telah menjadi pendorong utama pembangunan berkelanjutan di kedua negara, yaitu Indonesia dan China. Pernyataan ini menggarisbawahi urgensi serta pentingnya kerja sama maritim.
“Kami memiliki tujuan yang sama untuk belajar, terhubung, dan menciptakan ide-ide baru untuk masa depan sektor kelautan dan perikanan kami,” ujar Radiarta.
Kemitraan ini secara jelas menunjukkan komitmen bersama dalam memajukan sektor maritim melalui inovasi dan kolaborasi. Hal ini diharapkan membawa dampak positif jangka panjang.
Program ini tidak hanya fokus pada peningkatan keterampilan teknis para peserta. Lebih dari itu, program ini juga bertujuan untuk membina hubungan bilateral yang kuat dan saling menguntungkan. Hubungan ini sangat penting untuk pengembangan teknologi kelautan di masa depan dan keberlanjutan sektor maritim.
Dengan membina ekosistem profesional yang kompeten dan terampil, Indonesia berharap dapat mengaplikasikan berbagai inovasi berkelanjutan. Hal ini krusial untuk mendukung pengembangan ekonomi biru nasional yang berdaya saing global. Kolaborasi ini menjadi fondasi penting bagi kemajuan maritim Indonesia di kancah internasional.
Indonesia dan China memperkuat kerja sama di bidang teknologi kelautan guna mendukung pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan. Langkah ini dilakukan melalui pertukaran pengetahuan, penelitian bersama, dan pelatihan teknis yang fokus pada pengelolaan sumber daya laut secara efektif dan ramah lingkungan.
Kedua negara menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas perikanan, energi laut, dan konservasi ekosistem pesisir. Kolaborasi ini juga mencakup penggunaan sensor laut, sistem monitoring, dan alat penelitian mutakhir untuk memastikan kegiatan ekonomi laut tetap berkelanjutan.
Mendorong Ekonomi Biru Berkelanjutan
Ekonomi biru merupakan konsep pengembangan ekonomi yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya laut secara efisien dan ramah lingkungan. Indonesia, dengan wilayah laut yang luas, melihat peluang besar dalam sektor perikanan, pariwisata bahari, dan energi terbarukan dari laut.
China, sebagai mitra teknologi, menyediakan pengalaman dan inovasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kapasitas riset kelautan Indonesia. Program ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, serta menjaga kelestarian ekosistem laut yang kaya dan beragam.
Manfaat Kolaborasi bagi Penelitian dan SDM
Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan kapasitas teknologi, tetapi juga mengembangkan sumber daya manusia di bidang kelautan. Peneliti dan teknisi dari Indonesia mendapatkan kesempatan belajar langsung dari pengalaman China dalam pemanfaatan teknologi laut.
Hasil kerja sama diharapkan melahirkan inovasi baru yang dapat diterapkan di berbagai sektor, mulai dari aquaculture berkelanjutan, pemetaan laut, hingga energi hijau berbasis laut. Dengan demikian, ekonomi biru Indonesia dapat berkembang tanpa merusak lingkungan, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan nasional.
Kerja sama Indonesia-China dalam teknologi kelautan menjadi langkah strategis untuk memperkuat ekonomi biru yang produktif, inovatif, dan ramah lingkungan. Dengan teknologi canggih, sumber daya manusia terlatih, dan pengelolaan berkelanjutan, kolaborasi ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan maritim global di masa depan.